Selasa, 24 November 2020

Majas

Majas atau gaya bahasa yaitu bahasa kias yang dipergunakan untuk menciptakan kesan tertentu bagi penyimak atau pembacanya. Majas digunakan dalam penulisan karya sastra, termasuk di dalamnya puisi dan prosa. Umumnya puisi dapat mempergunakan lebih banyak majas dibandingkan dengan prosa.
Secara garis besar majas terbagi atas 4 bagian yaitu majas perbandingan, majas sindiran, majas penegasan, dan majas pertentangan. 

A. Majas Perbandingan terdiri atas: 
Artikel utama: Majas perbandingan

    1. Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.
2. Alusio: Mengungkapkan suatu hal dengan kiasan yang memiliki kesamaan dengan yang telah terjadi sebelumnya.
Contoh: Megawati berhasil menjadi Kartini modern karena menjadi presiden wanita pertama di Indonesia.
3. Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, umpama, ibarat, dll.
Contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.
4. Metafora: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai sifat yang sama atau hampir sama.
Contoh: Cuaca mendung karena sang raja siang enggan menampakkan diri. Totok itu seperti ananta.
5. Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
6. Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.
Contoh: Dengan telaten, Ibu mengendus setiap mangga dalam keranjang dan memilih yang berbau manis. (Bau: indera penciuman, Manis: indera pengecapan)
7Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
  • Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
  • Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
Contoh: Karena sering menghisap jarum, dia terserang penyakit paru-paru.(Rokok merek Djarum)
  • Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
Contoh: Lama Otok hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang membuat Otok kian terkesima.
  • Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.
Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.
  • Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.
Contoh: Gedung-gedung perkantoran di kota-kota besar telah mencapai langit.
  • Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.
Contoh: Hembusan angin di tepi pantai membelai rambutku.
  • Depersonifikasi: Pengungkapan dengan membuat manusia menjadi memiliki sifat-sifat sesuatu bukan manusia.
Contoh: Hatinya telah membatu, padahal semua orang sudah berusaha menasihatinya.
  • Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
Contoh: Sejak kemarin dia tidak kelihatan batang hidungnya.
  • Totem pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
Contoh: Indonesia bertanding voli melawan Thailand.
  • Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
Contoh: Dimana saya bisa menemukan kamar kecilnya?
  • Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
Contoh: Apa kabar, Roni? (Padahal, ia sedang bicara kepada bapaknya sendiri)
  • Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
Contoh: Kucing itu berpikir keras, bagaimana cara terbaik untuk menyantap tikus di depannya.
  • Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
  • Perifrasa: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
  • Eponim: Menyebutkan nama seseorang yang memiliki hubungan dengan sifat tertentu yang ingin diungkapkan.
Contoh: Kami berharap kau belajar yang giat agar menjadi Einstein.
  • Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.
  • Asosiasi: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.
Contoh: Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.



Majas sindiran
Contoh: Suaramu merdu seperti kaset kusut.
2. Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar.
Contoh: Kamu tidak dapat mengerjakan soal yang semudah ini? Dasar otak udang isi kepalamu!
  • Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).
Contoh: Kamu kan sudah pintar ? Mengapa harus bertanya kepadaku ?
  • Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
  • Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.

Majas penegasan

  • Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
  • Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
Contoh: Saya naik tangga ke atas.
  • Repetisi: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
Contoh: Dia pasti akan datang, dan aku yakin, dia pasti akan datang ke sini.
  • Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
  • Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
Contoh: Dengar daku. Dadaku disapu.
  • Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar.
  • Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
  • Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.
Contoh: Kutulis surat ini kala hujan gerimis. (Salah satu kutipan puisi W.S. Rendra)
  • Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
  • Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
Contoh: Baik rakyat kecil, kalangan menengah, maupun kalangan atas berbondong-bondong menuju ke TPS untuk memenuhi hak suara mereka.
  • Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
  • Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
Contoh: Dikejar oleh Anna kupu-kupu itu dengan begitu gembira.
  • Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
  • Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.
  • Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
  • Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
  • Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
  • Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
  • Eksklamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
  • Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
  • Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
  • Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
  • Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
  • Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
  • Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.
Contoh: Perlu saya ingatkan, Kakek saya itu peramah dan juga pemarah.


Majas pertentangan

  • Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.
  • Oksimoron: Paradoks dalam satu frasa.
  • Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.
  • Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.
  • Anakronisme: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya

Rabu, 18 November 2020

CERPEN

 CERPEN



Tujuan dasar naratif adalah untuk menghibur dan mengikat pembaca atau pendengar. Naratif juga bertujuan memberi pengetahuan, ajaran, atau sebagai pendapat untuk mengubah perilaku.

Ada beberapa tipe naratif. Naratif dapat berupa karya imajiner, faktual atau gabungan keduanya. 

Naratif merupakan teks yang berfokus pada tokoh khusus. Fungsi sosial naratif adalah menceritakan kisah atau peristiwa lalu untuk penghiburan khalayak. Urutan dalam teks naratif berkaitan dengan konflik/masalah/krisis peristiwa dan berakhir pada penyelesaian krisis sebagai resolusi. 


  1. Mengidentifikasi Cerita Pendek

Cerita pendek (cerpen)  adalah cerita fiksi yang memiliki sifat utama singkat dan dapat habis dibaca sekali duduk. Cerpen memiliki unsur-unsur pembangun yang disebut unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

           

Unsur intrinsik merupakan unsur membangun cerita dari dalam terdiri atas tema, alur, tokoh, latar, gaya bahasa, sudut pandang,dan amanat.


Unsur ekstrinsik terdiri atas latar belakang penulis, unsur budaya, rentang waktu pembuatan cerita tersebut.


  1. Unsur-unsur Cerita Pendek

Cerita pendek (cerpen) mengangkat kehidupan manusia secara khusus. Tema cerpen berasal dari persoalan keseharian hingga ke renungan filosofis yang dipotret dari kehidupan nyata. Tokoh dan latar bisa saja direkayasa demi kepentingan keindahan cerita dan sekaligus membedakannya dengan teks cerita pengalaman nyata. 

Unsur dalam cerpen adalah tema, karakter (tokoh), latar/setting, alur/plot/struktur, sudut pandang penceritaan, gaya bahasa, amanat.

1.     Tema : pokok pikiran pengarang.

2.    Perwatakan/penokohan : cara pengarang menggambarkan watak tokoh.

3.    Latar/ setting : keterangan tentang tempat, waktu, dan suasana.

4.    Alur/ plot : rangkaian peristiwa membentuk cerita dengan dasar hubungan sebab akibat.

5.     Gaya Bahasa : corak pemakaian bahasa.

6.    Sudut pandang : cara pandang pengarang.

7.    Amanat : pesan yang disampaikan pengarang.


  1. Struktur dan Aspek Kebahasaan Cerita Pendek

Struktur Cerpen

1. Orientasi

2. Rangkaian Peristiwa

3. Komplikasi

4. Resolusi


  1. Orientasi → Penentuan peristiwa, menciptakan gambaran visual latar, atmosfer, dan waktu kisah. pengenalan karakter dan arah menuju komplikasi. 

  2. Rangkaian Peristiwa → Kisah berlanjut melalui serangkaian peristiwa tak terduga.

  3. Komplikasi → Cerita bergerak seputar konflik atau masalah yang memengaruhi latar waktu dan karakter. Tokoh utama mengarah ke solusi.

  4. Resolusi → Solusi untuk masalah atai tantangan dicapai berhasil. Cara pengarang mengakhiri cerita.

 

Aspek Kebahasaan Cerpen 

  1. Sudut pandang pencerita sebagai orang pertama (aku-an) atau orang ketiga (dia-an). 

  2. Dialog menunjukkan waktu kini atau lampau.

  3. Menggunakan kata benda khusus, pilihan kata benda yang bermakna kuat  dan bermakna khusus.

  4. Uraian deskriptif yan rinci, deskripsi yang digunakan untuk menggambarkan pengalaman, latar, dan karakter. 

  5. Penggunaan majas:

  1. Simile, majas membandingkan dua objek berlainan, tetapi dianggap sama. Perbandingan tersebut ditandai dengan menggunakan kata seperti, sebagai, bak, ibarat, laksana, dan laksana.

  2. Metafora, majas membadingkan dua objek secara langsung, tanpa menggunakan pembanding. 

  3. Personifikasi, majas menggambarkan benda-benda seolah-olah memiliki sifat seperti manusia.

6.  Penggunaan pertanyaan retoris sebagai teknik melibatkan pembaca. 



⟿💗💗💗⟿


Senin, 16 November 2020

TEKS EKSPLANASI

TEKS EKSPLANASI



  1. Menentukan Ciri-ciri Teks Eksplanasi

  1. Pengertian Teks eksplanasi

yakni teks yang menjelaskan hubungan peristiwa atau proses terjadinya sesuatu. Teks eksplanasi juga berarti  teks yang  berisi penjelasan-penjelasan tentang proses mengapa dan bagaimana suatu fenomena alam terjadi, memuat informasi berdasarkan fakta, dan informasi bersifat keilmuan atau (sains).


  1. Ciri - ciri Teks Eksplanasi 

  1. Terdiri atas paragraf-paragraf

  2. Setiap paragraf mengusung sebuah topik

  3. Kalimat-kalimatnya berisi fakta

  4. Fakta dirangkaikan dengan pola kronologis (urutan waktu)  kausalitas ataupun secara kausalitas (sebab akibat).


B. Meringkas Teks Eksplanasi

  1. Menentukan Gagasan Umum Teks Eksplanasi 

Bagaimana cara mencari gagasan umum/ gagasan pokok/ ide pokok?

Mencari kalimat yang dijelaskan dalam sebuah paragraf.

Contoh :

Beberapa roket ruang angkasa menggunakan bahan padat untuk mendorong, dan menekannya ke depan. Bahan bakar tersebut lebih kuat dibandingkan dengan bubuk mesiu, tetapi mempunyai cara kerja yang sama. Sebagian besar pesawat luar angkasa menggunakan bahan bakar cair. Bahan ini lebih serba guna daripada bahan padat. 

Beberapa roket ruang angkasa menggunakan bahan padat untuk mendorong, dan menekannya ke depan → (kalimat yang dijelaskan/kalimat utama/gagasan pokok)


  1. Langkah-langkah meringkas Teks Eksplanasi 

  1. Membaca teks secara intensif

  2. Mencatat gagasan umum atau pokok pikiran dalam tiap paragraf

  3. Menyimpulkan gagasan umum setiap paragraf menjadi gagasan umum teks

  4. Menyusun atau menuliskan gagasan umum teks menjadi paragraf sesuai pemahaman



C. Menelaah Isi, Struktur, dan Kaidah Teks Eksplanasi 

  1. Isi Teks Eksplanasi 

Berdasarkan isinya, teks eksplanasi menjelaskan suatu proses  atau berupa rangkaian suatu fenomena atau kejadian, baik itu yang berkaitan dengan alam, sosial, ataupun budaya.

Dalam pemaparannya, teks eksplanasi bisa berupa jawaban dari pertanyaan mengapa atau bagaimana.

  1. Uraian teks eksplanasi bersifat kausalitas merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa.

  2. Uraian teks eksplanasi bersifat kronologis merupakan jawaban atas pertanyaan bagaimana.


  1. Struktur Teks Eksplanasi 

  1. Identifikasi Fenomena, mengidentifikasi sesuatu yang akan diterangkan. Hal itu bisa berkaitan dengan fenomena alam, sosial, budaya, dan fenomena -fenomena lain.

  2. Rangkaian Kejadian, sebagai perincian atas kejadian yang relevan dengan identifikasi fenomena. Bagian ini dapat disusun dengan pola kausalitas atau kronologis. 

  3. Ulasan, berupa komentar atau penilaian tentang konsekuensi atas kejadian yang dipaparkan sebelumnya. 


3. Kaidah Kebahasaan Teks Eksplanasi 

  1. Menggunakan konjungsi kausalitas, antara lain, sebab, karena, oleh sebab itu, oleh karena itu, sehingga.

  2. Menggunakan konjungsi kronologis (hubungan waktu), seperti, kemudian, lalu, setelah itu, pada akhirnya. 

  3. Menggunakan kata benda yang merujuk pada jenis fenomena.

  4. Menggunakan kata teknis atau peristilahan, sesuai dengan topik yang dibahasnya. 


D. Menulis Teks Eksplanasi

  1. Pola-pola Pengembangan Teks Eksplanasi

Teks eksplanasi dapat disusun dengan pola kronologis atau pola kausalitas. Di samping kedua pola tersebut bisa divariasi dengan pola definisi, ilustrasi, dan umum-khusus. 


  1. Langkah-langkah Menulis Teks Eksplanasi

Langkah-langkah penyusunan teks eksplanasi sebagai berikut:

  1. menentukan topik atau suatu kejadian yang menarik, dikuasai, dan aktual.

  2. menyusun kerangka teks, yakni dengan mengembangkan topik utama ke dalam rincian-rincian topik yang lebih spesifik. 

  3. mengumpulkan bahan, berupa fakta atau pendapat para ahli terkait dengan kejadian yang dituliskan dari berbagai sumber.

  4. mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi teks eksplanasi yang lengkap dan utuh dengan memperhatikan struktur bakunya: identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.