Rabu, 20 Maret 2019

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN BAHASA INDONESIA 2019/2020

Standar Kompetensi Lulusan Bahasa Indonesia 2018/2019


Standar Kompetensi Lulusan Bahasa Indonesia kelas 9 2019/2020


Indikator 1. Menentukan makna kata/kalimat pada teks

            Makna kata berarti pengertian atau konsep yang dimiliki setiap kata. Makna kata baru dapat ditentukan setelah berada di dalam konteks kalimat. Demikian juga makna kalimat baru dapat ditentukan maknanya apabila berada dalam konteks wacana.
Secara umum, makna kata dibedakan menjadi:
1.     Makna Denotasi adalah makna kata yang menunjukkan pengertian sebenarnya.
2.    Makna Konotasi adalah makna kiasan yang didasarkan atas perasaan tertentu.
3.    Makna Leksikal adalah makna yang sesuai dengan makna yang terdapat pada kamus.
4.    Makna Gramatikal adalah makna kata yang diperoleh dari hasil peristiwa tata bahasa.
5.    Makna Idiomatik adalah makna yang terdpat pada kelompok kata tertentu (ungkapan)


Indikator 2. Menentukan informasi tersurat teks

            Dalam sebuah teks, terdapat informasi tersurat ataupun informasi tersirat. Informasi tersurat dinyatakan secara langsung melalui kalimat-kalimat yang membentuk paragraf. Sementara itu, informasi tersirat tersembunyi di balik kalimat-kalimat yang membentuk paragraf tersebut. Informasi tersurat dapat dengan mudah ditemukan pada saat kita membaca paragraf tersebut


Indikator 3: Menentukan bagian teks

Ada beberapa jenis teks, antara lain teks laporan, teks eksposisi, teks ulasan, teks biografi, teks prosedur, dan teks tanggapan kritis.

1.      Teks Laporan
Adalah bentuk hasil pengamatan yang dilakukan dan bertujuan untuk menginformasikan hasil yang diperoleh tersebut kepada pembaca. Teks laporan dapat pula disamakan dengan teks hasil observasi. Teks hasil observasi adalah teks hasil pengamatan yang ditulis secara terperinci, sistematik, dan bersifat faktual.
Struktur teks hsil observasi terdiri atas definisi umum (bagian pembuka), deskripsi bagian (bagian isi), dandeskripsi bagian (bagian penutup).
Bagian definisi umum berisi pengertian sesuatu yang dibahas. Deskripsi bagian berisi gambaran tentang sesuatu cara secara terperinci. Deskripsi manfaat merupakan bagian yang berisi manfaat atau kegunaa.
Struktur teks hasil observasi

                                       Definisi umum
Teks hasil observasi          Deskripsi bagian
                                       Deskripsi manfaat


2.     Teks Eksposisi
Eksposisi adalah uraian atau paparan yang bertujuan menjelaskan maksud dan tujuan dalam karangan. 
                                       - Tesis/opini
Struktur Teks Eksposisi : - Argumentasi
                                        - Penegassan Ulang
                     
Struktur teks eksposisi terdiri atas tiga bagian, yakni tesis yang merupakan pendapat/opini, bagian argumentasi atau alasan yang merupakan isi, dan bagian penegasan ulang yang merupakan bagian penutup.

3.     Teks Ulasan
Teks ulasan adalah teks yang dihasilkan dari sebuah analisis terhadap berbagai karya sastra. Analisis tersebut berisi tinjauan terhadap isi karya sastra baik buku, cerpen, novel, film, drama, maupun puisi. Analisis atau tinjauan tersebut bertujuan mengetahui kualitas, kelebihan, dan kekurangan yang dimiliki karya sastra tersebut. 


                                   - Orientasi
Struktur Teks Ulasan : - Interpretasi/tafsiran
                                - Evaluasi/Penegasan Ulang
                                - Rangkuman
                                                            
Bagian orientasi berisi gambaran umum karya sastra yang akan diulas. Gambaran umum tersebut dapat berupa identitas dan gambaran umum karya sastra.
Interpretasi/tafsiran berisi pandangan mengenai karya sastra. Bagian ini dilakukan setelah mengevaluasi karya sastra tersebut. Pada bagian ini penulis karya sastra tersebut dengan karya lain yang mirip.  Penulis juga menilai kekurangan dan kelebihan karya sastra yang diulas.
Evaluasi berisi evaluasi karya sastra, penampilan, produksi, dan gambaran secara detail karya sastra yang diulas. Gambaran tersebut bisa berupa bagian, ciri-ciri, dan kualitas karya tersebut.
Rangkuman merupakan ulasan akhir berisi simpulan karya tersebut. Salah satu jenis teks ulasan adalah resensi. Resensi diartikan sebagai penilaian terhadap karya orang lain dengan memberikan pertimbangan baik dan buruk karya tersebut secara objektif. Unsur-unsur tersebut meliputi judul resensi, data buku, pendahuluan, isi, dan penutup.

Resensi
a.      Judul Resensi
Judul resensi harus sesuai dengan keseluruhan isi resensi.
b.      Identitas buku
Identitas buku mencakup judul buku, jenis buku, pengarang, penerbit, tahun terbit, jumlah halaman, dan harga buku. Penulis harus menunjukkan jenis buku yang diresensi termasuk fiksi atau nonfiksi.
c.      Pendahuluan atau pembuka resensi
Berisi landasan berpikir peresensi. Bagian pendahuluan biasanya mengemukakan tema dan deskripsi buku secara singkat.
d.      Isi resensi
Merupakan bagian inti resensi. Bagian ini meliputi sinopsis atau isi buku secara ringkas, ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya, keunggulan buku, kelemahan buku, tinjauan bahasa, dan kesalahan cetak.
1). Sinopsis isi buku
Dalam bagian ini peresensi mengemukakan pokok-pokok isi buku. Jika yang diresensi buku-buku fiksi, peresensi harus mengemukakan unsur-unsur yang berhubungan dengan masalah, watak, dan latar cerita sehingga orang lain penasaran ingin membacanya.
2). Kelemahan dan keunggulan buku
Penulisan resensi harus mengemukakan segi-segi menarik dari buku tersebut. Penulis buku juga harus mengemukakan kekurangan dari buku tersebut.
e.      Penutup
   Unsur penutup resensi berisi buku itu penting untuk siapa dan mengapa. Peresensi juga mengemukakan simpulan dalam bagian penutup. Penulisan resensi harus mengemukakan nilai yang diperolehnya terhadap buku yang diresensi dan imbauan-imbauan untuk pembaca.

4.     Teks Biografi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, biografi berarti riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain. Dalam biografi dijelaskan secara lengkap kehidupan tokoh sejak kanak-kanak sampai tua, bahkan hingga tokoh tersebut meninggal. Biografi juga menjelaskan semua jasa, karya, dan segala aspek yang dilakukan atau dihasilkan oleh seorang tokoh.

                                                                    Orientasi/pengenalan tokoh
Struktur Teks Biografi                         Peristiwa dan masalah
                                                                    Reorientasi

a.      Orientasi/Pengenalan Tokoh
Orientasi berisi gambaran awal tentang tokoh atau pelaku di dalam teks biografi. Orientasi berisi pengenalan tokoh secara umum seperti nama lengkap, tempat tanggal lahir, latar belakang keluarga, dan riwayat pendidikan.

b.      Peristiwa dan Masalah
Bagian ini berisi tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi atau pernah dialami oleh tokoh, termasuk masalah yang dihadapinya dalam mencapai tujuan dan cita-citanya. Bagian ini mencakup aspek menarik, mengesankan, mengagumkan, dan mengharukan yang dialami tokoh.
c.      Reorientasi
Bagian ini berisi pandangan penulis terhadap tokoh yang diceritakan. Reorientasi boleh ada boleh tidak ada dalam teks biografi.

5.     Teks Prosedur
Teks prosedur adalah petunjuk yang berisi langkah-langkah dengan tujuan tertentu.
Teks terdiri dari dua aspek, yaitu bentuk dan isi. Bentuk teks dapat diidentifikasi berdasarkan strukturnya. Dengan demikian struktur merupakan salah satu aspek penting suatu teks, khususnya teks prosedur.
Struktur Teks Prosedur

                                                                           Tujuan
Struktur Teks Prosedur                              Bahan-bahan atau perlengkapan
                                                           Langkah-langkah
a.      Tujuan
Bagian ini berisi tujuan kegiatan. Pembaca teks segera mengetahui tujuan kegiatan pada bagian awal teks.
b.      Bahan-bahan atau perlengkapan
Bagian ini berisi bahan-bahan atau perlengkapan demi mencapai tujuan.
c.      Langkah-langkah
Bagian ini berisi langkah-langkah untuk mencapai tujuan kegiatan berdasarkan berbagai bahan atau perlengkapan yang tersedia. Langkah-langkah harus dilakukan secara urut agar tujuan dapat tercapai.

6.     Teks tanggapan Kritis
Tanggapan kritis merupakan tanggapan (komentar) seseorang terhadap masalah berdasarkan cara berpikir kritis. Tanggapan kritis tersebut dapat berupa kritik dukungan pernyataan setuju atau tidak setuju tentang baik buruknya suatu masalah disertai dengan alasan logis. Alasan tersebut harus member dukungan atau solusi permasalahan yang dibahas.

                                                                                     Resume atau ringkasan
Struktur Teks Tanggapan Kritis                           Kelebihan atau kekurangan
                                                                         Penilaian menyeluruh

Indikator 4 : Menentukan ide pokok teks
Ide pokok adalah topik yang dibahas dalam teks. Ide pokok dapat ditemukan dalam kalimat utama. Dalam kalimat utama terdapat gagasan utama/ ide pokok. Kalimat utama dapat ditemukan diawal paragraf, akhir paragraf,  awal dan akhir paragraf. Cara mencari gagasan utama dengan menemukan kalimat yang dijelaskan dalam teks. Kalimat utama dijelaskan oleh kalimat-kalimat penjelas.


Indikator 5 : Menyimpulkan Isi Teks
            Simpulan merupakan pendapat akhir dari uraian sebelumnya. Ada dua prinsip dalam menyimpulkan, yaitu masuk akal atau logis dan mampu mencakup data-data yang ada.
Menyimpulkan isi teks dapat dilakukan dengan cara membaca keseluruhan teks. Selanjutnya mencari ide pokok setiap paragraf. Kemudian merangkai ide pokok tersebut dalam sebuah kalimat.


Indikator 6 : Menyimpulkan Pendapat (pro/kontra)
                Pendapat adalah hasil pemikiran atau perkiraan tentang sesuatu hal. Tidak semua orang mempunyai pendapat yang sama terhadap suatu hasil kajian atas sebuah permasalahan. Ada orang yang berpendapat pro ( menyetujui) hasil kajian itu. Ada juga orang yang berpendapat kontra (menentang) hasil kajian tersebut.
Simpulan dapat berupa kalimat tanggapan kritis. Tanggapan kritis tersebut dapat berupa kritik dukungan pernyataan setuju atau tidak setuju tentang baik buruknya suatu masalah disertai alasan logis.
            Pendapat pro disebut tanggapan kritis positif. Pendapat pro berupa persetujuan, dukungan, optimistis, dan pujian. Sebaliknya, pendapat kontra disebut tanggapan kritis negatif. Pendapat kontra berupa penolakan, kritik, pesimistis, dan keprihatinan. 
Indikator 7 : Meringkas Isi Teks
            Meringkas adalah kegiatan mengikhtisarkan atau mengambil inti sari dari sebuah teks. Ringkasan sebuah teks dibuat berdasarkan urutan isi teks.
Cara membuat sebuah ringkasan :
1. membaca teks secara keseluruhan
2. mencari gagasan utama setiap paragraf
3. menyusun kembali semua gagasan utama menjadi satu kalimat.


Indikator 8 : Membandingkan penggunaan bahasa dan pola penyajian beberapa jenis teks

Penggunaan bahasa dan pola penyajian beberapa teks memiliki perbedaan, hal tersebut karena perbedaan struktur teks. Perbedaan tersebut dapat berupa: pemakaian bahasa, sudut pandang, kalimat aktif/pasif, kalimat langsung/tidak langsung, 5W+1H, pola berbagai teks. Penggunaan bahasa dalam teks bisa menggunakan bahasa baku dan tidak baku. Pola penyajian teks berita dapat diketahui dengan mengajukan pertanyaan 5W+1H. Setiap kalimat merupakan jawaban atas satu pertanyaan.
Membandingkan perbedaan penggunaan bahasa dapat dilihat dari penggunaan kata ganti, kata hubung, rujukan kata, kata kerja, jenis kalimat (tunggal/majemuk), atau unsur bahasa lain yang digunakan pada kedua teks tersebut.
Pola penyajian adalah suatu cara teks disusun. Pola penyajian tiap teks berbeda meskipun teks tersebut berjenis sama. Misalkan pada teks laporan.
Ada beberapa pola penyajian teks laporan :
a.    Urutan waktu
b.    Urutan tempat
c.    Urutan umum khusus
d.    Urutan khusus umum
e.    Urutan sebab akibat
f.    Urutan akibat sebab


Indikator 9 : Menilai keunggulan / kelemahan teks

Setiap karya sastra memiliki keunggulan dan kelemahan. Untuk menemukan keunggulan/ kelemahan karya sastra kita harus menelaah karya sastra tersebut dengan saksama. Karya sastra dapat dinilai dari gaya bahasa yang digunakan, kekuatan cerita, kekonsistenan tokoh, penggambaran latar, dan dialog-dialog yang terdapat di dalamnya.
Kegiatan menilai keunggulan atau kelemahan adalah bagian dari resensi. Resensi adalah tulisan berisi ulasan, pertimbangan, atau perbincangan suatu karya (sasra, nonsatra, film, atau drama). Resensi bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada pembaca tentang sebuah karya patut mendapat sambutan atau tidak. Resensi buku identik dengan bedah buku, tinjauan buku, dan timbangan buku.
Resensi buku berisi :
1.     Identitas buku (judul, pengarang, penerbit, tahun terbit, dan tebal halaman).
2.    Sinopsis, unsur intrinsik, ekstrinsik (buku fiksi), dan gambaran isi buku (buku nonfiksi)
3.    Nilai buku (kelebihan dan kelemahan buku)
4.    Keterbacaan atau kecocokan pembacanya.


Indikator 10: Mengomentari isi teks
       
            Komentar adalah ulasan atau tanggapan terhadap sesuatu untuk menerangkan atau menjelaskan. Mengomentasi isi teks berarti memberi komentar atau mengulas isi tersebut.
            Sebelum memberi komentar, seseorang harus membaca karya itu terlebih dahulu. Memberi komentar atau penilaian terhadap suatu karya terdapat dalam resensi.  Salah satu unsur resensi tersebut berupa keunggulan atau kelemahan karya tersebut.


Indikator 11 : Menentukan makna kata dalam cerpen dan fabel.
  
Makna kata baru dapat ditentukan apabila kata itu sudah berada dalam konteks kalimat. Dalam sebuah cerpen atau fabel sering ditemukan kata yang memiliki makna khusus. Kata khusus tersebut biasanya berupa kiasan, istilah asing, atau idiom.
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang setiap katanya tetap mempertahankan kata dasar.


Indikator 12 : Menentukan makna tersurat dalam cerpen dan fabel

Makna adalah maksud dari suatu hal. Makna tersurat adalah makna yang secara umum dapat dipahami oleh pembaca karya sastra karena makna tertulis dalam teks. Makna tersirat adalah makna yang tidak tertulis / tersembunyi dalam teks.


Indikator 13 : Menentukan bagian dalam cerpen dan fabel

Cerpen dan fabel memiliki bagian-bagian yang membentuk alur cerita. Secara umum bagian-bagian tersebut meliputi :
1.   Perkenalan
2.  Awal konflik
3.  Menuju konflik
4.  Puncak konflik (klimaks)
5.  Penyelesaian
Konflik adalah pertentangan atau pergumulan yang dialami oleh tokoh. Konflik dapat kita lihat dari dialog dan penggambaran situasi sebuah cerita.


Indikator 14  : Menyimpulkan makna simbol dalam cerpen dan fabel

Makna simbol adalah makna yang terdapat dalam sebuah kiasan atau pengandaian. Kata yang semakna dengan simbol adalah lambang. Untuk menyimpulkan makna simbol, kita harus memperhatikan konteks yaitu isi cerita secara utuh.


Indikator 15 : Menyimpulkan isi tersirat dalam cerpen / fabel

Isi tersirat sama dengan amanat ataupun pesan moral dari cerpen atau fabel tersebut.  Mencari isi tersirat (tidak tertulis) dalam cerpen atau fabel adalah dengan membaca keseluruhan cerpen atau fabel kemudian mencari unsur tersurat (tertulis). Barulah mencari kesimpulan dari isi tersurat tersebut.


Indikator 16: Menyimpulkan sebab/akibat konflik

Konflik  yang terdapat dalam sebuah cerita memiliki penyebab. Penyebab tersebut dapat berupa masalah yang datang dari tokoh lain maupun masalah yang ditimbulkan oleh konflik batin tokoh.
Jenis konflik dibagi atas:
1.  Konflik Batin (kejiwaan)
    Adalah konflik yang terjadi dalam hati jiwa seorang tokoh cerita
2. Konflik Fisik
    Adalah konflik yang disebabkan oleh adanya perbenturan antara tokoh dengan lingkungan.
3. Konflik Sosial
    Adalah konflik yang disebabkan oleh adanya kontak sosial atau masalah – masalah yang muncul akibat adanya hubungan antar manusia.


Indikator 17: Membandingkan pola pengembangan cerpen dan fabel
               
Perbedaan pola pengembangan antara sebuah cerpen dengan fabel adalah adanya koda atau penutup cerita. 

Pola pengembangan cerpen :
Pola pengembangan fabel :
1. Orientasi
2. Komplikasi
3. Ketegangan puncak (klimaks)
4. Antiklimaks
5. Penyelesaian
1.            Orientasi
2.            Komplikasi
3.            Resolusi
4.            Koda










Struktur Teks
1.     Orientasi : Bagian awal yang berisi pengenalan tokoh, latar tempat dan waktu, dan awalan masuk ke tahap berikutnya.
2.    Komplikasi: Bagian ini, tokoh utama berhadapan dengan masalah (problem). Bagian ini menjadi inti teks narasi, harus ada.
Jika tidak ada masalah, masalah harus diciptakan.
3.    Resolusi : Bagian ini merupakan kelanjutan dari komplikasi, yaitu pemecahan masalah.
Masalah harus diselesaikan dengan cara yang kreatif.
4.    Koda : merupakan bagian terakhir dari struktur teks. Koda berisi perubahan yang terjadi pada tokoh dan pelajaran yang bisa dipetik dari cerita tersebut.


Indikator 18 : Membandingkan penggunaan bahasa cerpen dan fabel

Setiap jenis teks memiliki ciri kebahasaan masing-masing. Perbedaan penggunaan bahasa bisa terjadi pada jenis teks yang sama. Untuk mengetahui perbedaan jenis teks kita perlu membandingkan antara dua teks berdasarkan ciri bahasanya, seperti kata kerja, kata hubung, kata ganti, kata sandang, kata rujukan, latar, dan jenis kalimat (tunggal/majemuk).


Indikator 19: Menunjukkan bukti latar dan watak tokoh dalam cerpen dan fabel

Latar / setting adalah lukisan atau penggambaran tempat, waktu, dan suasana (lingkungan sosial, kebudayaan, adat istiadat, spiritual) terjadinya peristiwa-peristiwa. Latar memberikan gambaran cerita secara konkret dan jelas.
Latar tempat : latar yang menunjukkan dimana peristiwa dalam cerita itu terjadi.
Latar waktu : latar yang menunjukkan kapan peristiwa dalam cerita  terjadi
Latar suasana : latar yang menunjukkan perasaan atau suasana kejadian peristiwa dalam cerpen itu terjadi.
Bukti latar berarti menentukan keterangan atau tanda berupa kata/ kalimat pada karya sastra  yang menunjukkan kapan, dimana, dan bagaimana sebuah peristiwa terjadi. Bukti watak berarti menentukan keterangan atau tanda berupa kata/ kalimat bagaimana watak tokoh.


Indikator 20: Mengomentari unsur intrinsik karya sastra

Membaca Teks Sastra
            Teks sastra adalah teks yang memuat unsur fiksi dan fantasi. Teks sastra terbagi menjadi tiga jenis, yakni teks prosa ( contohnya cerita pendek dan fabel), drama, dan puisi.
            Cerita pendek (cerpen)  adalah cerita fiksi yang memiliki sifat utama singkat dan dapat habis dibaca sekali duduk. Cerpen memiliki unsur-unsur pembangun yang disebut unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
           
Unsur intrinsik merupakan unsur membangun cerita dari dalam terdiri atas tema, alur, tokoh, latar, gaya bahasa, sudut pandang,dan amanat.

Unsur ekstrinsik terdiri atas latar belakang penulis, unsur budaya, rentang waktu pembuatan cerita tersebut.
Fabel adalah cerita yang menjadikan hewan sebagai tokoh utamanya. Hewan-hewan dalam fabel dapat berbicara dan bertingkah laku seperti manusia. Dalam cerita fabel banyak mengandung pesan moral.
Drama adalah suatu karya sastra yang ditulis dalam bentuk percakapan/dialog. Ada berbagai jenis drama menurut penyajian kisah, antara lain: tragedi, komedi, tragekomedi, opera, melodrama, farce, tablo, dan sendratari.
Puisi adalah karya sastra yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi padu dan pemilihan kata-kata kias. 

Majas dalam Puisi
Majas merupakan gaya bahasa kias yang digunakan untuk memuncukan suatu efek tertentu. Menurut Henry Guntur Tarigan, majas dibedakan dalam empat kelompok.
1. Majas Perbandingan
a.   Metafora, majas membadingkan dua objek secara langsung, tanpa menggunakan pembanding.
b.  Simile, majas membandingkan dua objek berlainan, tetapi dianggap sama. Perbandingan tersebut ditandai dengan menggunakan kata seperti, sebagai, bak, ibarat, laksana, dan laksana.
c.   Personifikasi, majas menggambarkan benda-benda seolah-olah memiliki sifat seperti manusia.
2. Majas Pertentangan
a.   Hiperbola, majas mengandung pernyataan berlebih-lebihan.
b.  Litotes, majas menyatakan sesuatu lebih rendah daripada sebenarnya.
c.   Ironi, majas menyatakan makna bertentangan dengan maksud mengolok-olok, tetapi menggunakan kata-kata halus.
3. Majas Pertautan
a.   Sinekdoke pars pro toto, majas menyebutkan nama sebagian sebagai pengganti nama keseluruhan.
b.  Sinekdoke totem pro parte, majas menyebutkan nama keseluruhan sebagai pengganti nama sebagian.
4. Majas Perulangan
a.   Aliterasi, majas memanfaatkan kata-kata memiliki persamaan bunyi pada awal kata.
b.  Asonansi, majs perulangan berwujud perulangan vokal sama.




Unsur Intrinsik






Puisi
Cerpen
Drama
Unsur-unsur Bentuk:
1.     Diksi : Pilihan kata
2.    Unsur Wujud, yaitu unsur puisi dibentuk dari susunan kata, baris bait, hingga membentuk puisi.
3.    Unsur Pertautan antarbaris atau antarbait bersifat imajinatif.
4.    Unsur Musikalitas berwujud rima dan irama. Rima adalah persamaan bunyi. Irama adalah pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat.
5.    Unsur gaya dan bahasa.

Unsur-unsur Isi :
1.     Tema, yaitu gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair melalui puisi. Tema bersifat khusus, objektif, dan lugas.
2.    Amanat, yaitu kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi.
3.    Nada dan Suasana Puisi. Nada mengungkapakan sikap penyair terhadap pembaca. Suasana menyangkut pengungkapan sikap penyair.
4.    Perasaan menyangkut sesuatu yang diungkapkan penyair.
5.    Citraan, berhubungan dengan indra manusia. Citraan dalam puisi meliputi pendengaran, penglihatan, perasaan, perabaan, penciuman, dan pencecap.
1.     Tema : pokok pikiran pengarang.
2.    Perwatakan/penokohan : cara pengarang menggambarkan watak tokoh.
3.    Latar/ setting : keterangan tentang tempat, waktu, dan suasana.
4.    Alur/ plot : rangkaian peristiwa membentuk cerita dengan dasar hubungan sebab akibat.
5.     Gaya Bahasa : corak pemakaian bahasa.
6.    Sudut pandang : cara pandang pengarang.
7.    Amanat : pesan yang disampaikan pengarang.


1.     Tema : ide pokok pengarang dalam cerita drama.
2.    Penokohan : individu yang terlibat/ memainkan peran dalam cerita drama.
3.    Latar/ setting : keterangan tentang tempat, waktu, dan suasana.
4.    Alur/ plot : rangkaian peristiwa membentuk cerita dengan dasar hubungan sebab akibat.
5.    Dialog : serangkaian percakapan dalam cerita.
6.    Konflik : masalah, pertikaian, pertentangan yang terjadi dalam drama.
7.    Tata artistik : setting panggung.
8.    Casting : pemilihan pemeran/pemain.
9.    Akting : perilaku para pemain di panggung. 
10.  Amanat : pesan yang ada dalam drama.


Cara Menentukan Penokohan:
1.  Teknik Analitik, pengarang menceritakan karakter tokoh secara langsung.
2.  Teknik dramatik, pengarang menceritakan karakter tokoh melalui :
a.   Penggambaran fisik tokoh dan perilaku tokoh.
b.  Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh.
c.   Pengungkapan pikiran tokoh
d.  Penggambaran yang dilakukan oleh tokoh lain.
e.   Penggambaran melalui dialog tokoh.







Indikator 21 : Melengkapi istilah/kata dalam kalimat
Untuk melengkapi kalimat rumpang kita harus memperhatikan kepaduan kalimat (kohesif) dan berhubungan (koherensi). Perlu diperhatikan juga kata yang digunakan,  berupa kata dasar atau kata berimbuhan. Selain itu, penggunaan diksi atau pilihan kata juga harus diperhatikan agar kalimat tersebut padu.

Indikator 22: Menyusun urutan kalimat berbagai jenis teks

Hal yang harus diperhatikan dalam menyusun urutan kalimat adalah kelogisan dan kepaduan kalimat tersebut. Koherensi digunakan untuk memperoleh urutan kalimat yang sistematis. Penanda koherensi antara lain, pengulangan kata/frasa, konjungsi, kata ganti, dan situasi. Kepaduan paragraf didukung oleh 1)masalah kebahasaan; 2) perincian dan urutan isi.


Indikator 23 : Melengkapi paragraf dengan kalimat
Sebuah paragraf rumpang dapat dilengkapi dengan kata atau kalimat, maka kita harus memerhatikan kepaduan kalimat dengan kalimat sebelumnya. Beberapa jenis kata memiliki variasi kata bermakna sama. Kata tersebut digunakan untuk mengganti kata lain yang bermakna sama.
1.       Sinonim
Adalah beberapa kata yang memiliki bentuk berbeda, tetapi memiliki arti atau pengertian yang sama/mirip. Sinonim disebut juga persamaan kata/padanan kata.
Contoh :
Ø  Belajarlah untuk dapat menggapai cita-citamu. Arti : meraih.
Ø  Bunga mawar banyak tumbuh di pegunungan daripada di perkotaan. Arti : bunga yang berwarna merah, berduri dan harum.

2.       Konotasi
Adalah makna atau arti tambahan pada arti sebenarnya, bukan makna kias. Makna konotasi bukan ungkapan ( bermakna kias)
Contoh :
Ø  Andreas masih terlalu hijau dalam pekerjaan ini. (hijau : belum berpengalaman)
Ø  Jangan pernah lari dari masalah yang kamu hadapi. ( lari : menghindar
3.       Ungkapan
Adalah gabungan kata yang memiliki makna khusus dan tidak dapat diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa dan situasi lain.
Contoh :
Ø  Karena terus diledek oleh teman-temannya,  Joshua  pun naik pitam.  Arti : marah
Ø  Sewaktu masih muda nenekku adalah bunga desa di sini.
Arti : perempuan cantik yang banyak disukai para pemuda di sebuah desa.

Indikator 24 : Melengkapi bagian teks (eksposisi, deskripsi, ulasan, dll.)
          Paragraf rumpang dapat dilengkapi dengan kata baku, kata serapan, kata ulang, dan kalimat.
1.      Kata Baku
Kata baku adalah kata yang cara pengucapan atau penulisannya sesuai dengan kaidah Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), tata bahasa baku, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.
2.     Kata Serapan
Dalam perkembangannya Bahasa Indonesia mengambil unsur atau  kata dari bahasa daerah atau bahasa asing.  Kata-kata yang diserap terlebih dahulu disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia, baik dari aspek pengucapan maupun penulisannya. Kata itulah yang dinamakan kata serapan.
3.     Kata Ulang
Kata ulang merupakan kata yang dihasilkan dari proses reduplikasi atau pengulangan. Proses pengulangan merupakan proses pembentukan kata dengan mengulang kata dasarnya baik secara utuh atau sebagian, dengan variasi vonem atau tidak.
Ada empat macam pengulangan, antara lain :
a.    Pengulangan utuh (seluruhnya)
Merupakan proses pengulangan dengan mengulang seluruh bentuk dasar. Pengulangan utuh disebut juga dwilingga.
Contoh :
ü  satu – satu
ü  malu-malu
b.    Pengulangan sebagian
Merupakan proses pengulangan yang mengulang sebagian bentuk dasar, baik suku kata bagian depan atau belakang.
Pengulangan sebagian dibagi menjadi dua: dwipurwa dan dwiwasana.
Dwipurwa adalah proses pengulangan bentuk dasar dengan mengulang suku kata pertama.
Contoh :
ü  dedaunan
ü  rerumputan
Dwiwasana adalah proses pengulangan bentuk dasar dengan mengulang suku kata terakhir.
Contoh :
ü  makan-makanan
ü  berlari-lari
c.    Pengulangan berimbuhan
Merupakan proses pengulangan bentuk dasar dengan menambah imbuhan.
Contoh :
ü  kehijau-hijauan
ü  kuda-kudaan
d.    Pengulangan berubah bunyi
Merupakan proses pengulangan yang mengulang seluruh bentuk dasar disertai dengan perubahan bunyi atau fonem. Pengulangan berubah bunyi disebut dwilingga salin swara.
Contoh :
ü  gerak-gerik
ü  sayur-mayur

Kata ulang semu bukan kata ulang melainkan kata dasar.
Contoh :
ü  laba-laba
ü  kupu-kupu

Makna Kata Ulang
a.      menyatakan banyak : anak-anak, rumah-rumah
b.     menyatakan banyak tak tentu : daun-daun, pohon-pohon
c.      menyatakan intensitas, menyangatkan, atau mengeraskan arti : besar-besar, rajin-rajin
d.     menyatakan sungguh-sungguh atau intensif : kuat-kuat
e.      menyatakan tingkat yang paling tinggi : setinggi-tingginya, sebanyak-banyaknya
f.      menyatakan agak (sifat) :kekuning-kuningan, kebarat-baratan, kekanak-kanakan
g.      menyatakan berulang-ulang :berkali-kali
h.     menyatakan saling/berbalasan/resiprokal : salam-salaman, cubit-cubitan
i.       menyatakan makna menyerupai atau tiruan :mobil-mobilan, rumah-rumahan
j.      menyatakan tak bersyarat atau meskipun :kecil-kecil
k.      menyatakan segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan yang disebut pada kata dasarnya : masak-memasak, jahit-menjahit

4.     Kalimat
Kalimat adalah deretan kata yang mengandung satu pengertian lengkap. Kalimat harus disusun secara efektif. Syarat kalimat efektif yaitu logis, hemat, dan padu. Struktur kalimat baik harus mengandung unsur S-P (Subjek-Predikat). Kalimat efektif ditandai kejelasan ditandai kejelasan fungsi kata, kelogisan kalimat, penggunaan kata ganti, dan keefisienan (penggunaan kata tidak mubazir).

Indikator 25 : Memvariasikan kata
            Beberapa kata dalam bahasa Indonesia memiliki variasi kata yang bermakna sama. Kata tersebut dapat digunakan untuk mengganti kata lain yang bermakna sama. Kata-kata pengganti tersebut merupakan kata bersinonim, kata berkonotasi, dan ungkapan.

Indikator 26 : Memvariasikan kalimat
            Kalimat adalah deretan kata yang mengandung satu pengertian lengkap. Setiap kata menempati jabatan yang berbeda. Kata-kata tersebut dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan. Fungsi kata tersebut membentuk pola kalimat.  Berikut pola kalimat utama dalam bahasa Indonesia.
1.      Subjek-Predikat (S-P)
Contoh:
Ø  Marcho  pintar
S          P
Ø  Lintang  sangat rajin
S                   P
2.     Subjek-Predikat-Objek (S-P-O)
Contoh :
Ø  Renza  membeli  buku
   S          P               O
Ø  Jesica  menari  Bali Dance
   S        P               O
3.     Subjek-Predikat-Keterangan (S-P-K)
Contoh :
Ø  Bara  pergi  ke  Medan
    S         P                   K
Ø  Mona  pulang  kemarin
    S         P             K
4.     Subjek-Predikat-Pelengkap (S-P-Pel)
Contoh :
Ø  Siska  berkebaya   merah
    S            P             Pel
Ø  Fonsa  sakit  kepala
   S       P        Pel
5.     Subjek-Predikat-Objek-Pelengkap (S-P-O-Pel)
Contoh :
Ø  Putri   membeli  buku  PUEBI
S          P           O        Pel
Ø  Ayu  memasak  sup  sosis
S            P          O     Pel
6.     Subjek-Predikat-Objek-Keterangan (S-P-O-K)
Contoh :
Ø  Vigo  membeli  sepatu di  toko
   S         P          O       K tempat
Ø  Dion   menyiram  tanaman  pada  sore hari
    S           P            O             K waktu
7.     Keterangan-Subjek-Predikat (K-S-P)
Contoh :
Ø  Kemarin  Jovian  belajar 
K waktu       P         P
Ø  Ke Yogja      kami  berwisata
K tempat        S           P

Indikator 27 : Menulis dengan ilustrasi tertentu
       Menulis pada dasarnya adalah usaha untuk menuangkan ide,pikiran, perasaan, dan kemauan dengan wahana bahasa tulis. Apabila kita akan menulis teks dengan ilustrasi tertentu kita harus memperhatikan data yang terdapat pada teks. Dan untuk mengubah satu teks misalkan dari teks observasi ke teks eksposisi perlu memperhatikan struktur teks tersebut.

Indikator 28 : Mengubah teks ke bentuk lain
Mengubah teks ke bentuk lain disebutjuga mengonversikan teks. Sebuah teks dapat diubah menjadi bentuk teks yang lain. Misalnya teks eksplanasi ke teks prosedur. Hal yang harus diperhatikan ketika kita akan mengubah sebuah teks ke bentuk lain adalah kita harus menyusun teks tersebut sesuai dengan struktur teks yang baru. Misalnya, jika kita hendak mengubah teks laporan hasil observasi menjadi teks eksposisi, kita harus mengetahui struktur teks eksposisi dan memastikan penulisannya sesuai dengan struktur teks eksposisi.


Indikator 29 : Menunjukkan kata yang tidak sesuai kaidah
Hal yang perlu diperhatikan dalam kata yang tidak sesuai kaidah bahasa Indonesia adalah pilihan kata dan lazim tidaknya. Untuk lebih memahami kaidah tersebut kalian bisa mempelajari Buku Ejaan Bahasa Indonesia. Dan untuk mengetahui kosa kata yang baku kalian bisa melihat Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Indikator 30 : Menunjukkan kalimat yang tidak sesuai kaidah
            Kalimat yang tidak sesuai kaidah dapat dicermati dari kesalahan penggunaan kalimat, kalimat tidak efektif, dan kalimat tidak padu.
Sebuah kalimat dikatakan tidak efektif apabila tidak memenuhi hal berikut:
1.     Unsur-unsur kalimat tidak lengkap
Sebuah kalimat minimal terdapat dua unsur yaitu subjek dan predikat.
2.    Unsur-unsur kalimat tidak tepat
Unsur-unsur dalam kalimat harus ditempatkan pada tempat yang tepat. Maksudnya jabatan subjek-predikat diletakkan pada tempat yang tepat, jika tidak maka kalimat tersebut menjadi tidak efektif.
3.    Penggunaan unsur-unsur kalimat yang berlebihan
Unsur yang berlebihan tersebut dapat berupa penggunaan kata yang sama artinya atau pemakaian kata tugas yang tidak perlu.
4.    Pilihan kata yang tidak tepat
Kesalahan pemilihan kata bisa dipengaruhi oleh pemakaian bahasa sehari-hari atau pengaruh dari bahasa asing juga ketidakpahaman makna kata.
5.    Tidak logis
Kalimat logis artinya perkataan  yang masuk akal, sesuai dengan logika, benar menurut penalaran.


Indikator 31 : Menggunakan kata bentukan (mengisi kata sesuai kaidah bentukan kata)
                Bentuk kata dalam bahasa Indonesia terdiri dari dua macam, yaitu kata dasar dan kata bentukan. Kata dasar merupakan suatu kata yang utuh dan belum mendapat imbuhan apapun. Kata bentukan merupakan kata yang sudah dibentuk dari kata dasar dengan menambahkan imbuhan.
            Imbuhan terdiri atas empat macam,
1.     Awalan (prefiks),  imbuhan yang terletak pada awal kata.
2.    Akhiran (sufiks), imbuhan yang terletak pada akhir kata.
3.    Sisipan (infiks), imbuhan yang terletak di tengah kata.
4.    Gabungan imbuhan (konfiks), imbuhan yang terletak pada awal kata dan akhir kata sekaligus.

1.     Awalan (prefiks)
Ada beberapa jenis awalan, yaitu meN-, ber-, di-, ter-, peN-, se-, per-, dan ke-
2.    Akhiran (sufiks)
Ada beberapa jenis akhiran, yaitu –kan, -I, dan –an.
3.    Sisipan (infiks)
Ada beberapa jenis sisipan, yaitu –in, -el, -em, -er, dan -ah
4.    Gabungan imbuhan (konfiks)
Ada beberapa jenis gabungan konfiks, yaitu ke-an, peN-an, per-an, ber-an, dan se-nya.

Indikator 32 : Menggunakan konjungsi dalam kalimat
Konjungsi biasa disebut kata penghubung. Konjungsi terbagi menjadi konjungsi intra kalimat dan konjungsi antar kalimat. Konjungsi intra kalimat terdiri dari konjungsi koordinatif, konjungsi korelatif, dan konjungsi subordinatif.
1.     Konjungsi Koordinatif
            Adalah konjungsi yang menghubungkan klausa atau kata yang berkedudukan sama.
Jenis konjungsi koordinatif:
a.    Penambahan (dan, serta, beserta)
b.    Perlawanan (tetapi, melainkan)
c.    Pemilihan (atau)
d.    Pembetulan (melainkan, hanya)
e.    Penegasan (bahkan, malah, malahan, lagipula, apalagi, jangankan)
f.    Pembatasan (kecuali, hanya)
g.    Pengurutan (lalu, kemudian, selanjutnya)
h.    Penyamaan (yaitu, yakni, adalah, ialah)
i.      Penjelasan (bahwa)
j.     Penyimpulan (jadi, karena itu, oleh sebab itu, maka, maka itu, dengan demikian, dengan begitu)

2.    Konjungsi Subordinatif
Adalah konjungsi yang menghubungkan klausa atau kata yang berkedudukan sama.
Jenis konjungsi subordinatif:
a.    Menyatakan waktu
§  Waktu batas permulaan (sejak, sedari)
§  Waktu bersamaan (serta, sewaktu, tatkala, ketika, selama, sambil, sementara, selagi, dan seraya)
§  Waktu berurutan (sebelum, begitu, sesudah, sesuai, sehabis, setelah, selesai)
§  Waktu batas akhir (sampai, hingga)
b.    Menyatakan syarat (jika, asalkan, manakala, jikalau, kalau, apabila, bilamana)
c.    Pengandaian (seandainya, sekiranya, andaikan, andaikata, umpamanya)
d.    Tujuan (biar, agar, supaya)
e.    Konsesif (meskipun, biarpun, kendatipun, sekalipun, walaupun)
f.    Perbandingan (laksana, alih-alih, sebagaimana, seakan-akan, sebagai, seolah-olah, bak, ibarat, seperti)
g.    Menerangkan akibat atau hasil (akibatnya, sampai, hingga, sehingga, maka)
h.    Menerangkan sebab (sebab, oleh karena, karena)
i.      Menyatakan alat (dengan, tanpa)
j.     Menyatakan cara (dengan)
k.    Komplementasi (bahwa)

3.    Konjungsi Korelatif
Adalah konjungsi yang menyatukankan dua kata, frase atau klausa yang berkedudukan sama.
Jenis konjungsi korelatif:
§  baik ... maupun. Contoh: Tak ada yang sempurna, baik aku maupun dia.
§  tidak hanya ... tetapi, contoh : Rumah itu tidak hanya tinggi tetapi juga megah.
§  demikian ... sehingga, contoh: Toko itu dibuat sedemikian rupa sehingga menarik untuk dikunjungi pembeli.
§  apakah ... atau ..., contoh: Aku tidak perduli apakah pulang atau pergi aku tetap menyayanginya.
§  entah ...entah ..., contoh: Dia akan menerima kadoku entah suka entah tidak.

4.    Konjungsi Antar Kalimat
Adalah konjungsi yang menghubungkan suatu kalimat dengan kalimat yang lain. Konjungsi antar kalimat meliputi:
a.    menerangkan kesediaan untuk melakukan suatu hal (demikian, biarpun, sungguhpun, begitu, sekalipun, demikian, walaupun demikian)
b.    menerangkan lanjutan dari sebuah peristiwa maupun keadaann (lalu, sesudah itu, kemudian, setelah itu)
c.    menerangkan suatu hal keadaan atau peristiwalain di luar hal yang telah disebutkan sebelumnya (lagipula, tambahan pula, selain itu)
d.    menyatakan kebalikan dari hal yang diterangkan sebelumnya (sebaliknya)
e.    menerangkan situasi/keadaan sebenarnya (sesungguhnya, bahwasanya)
f.    menguatkan situasi/keadaan yang disebutkan sebelumnya (malahan, bahkan)
g.    menerangkan pertentangan kondisi/keadaan yang disebutkan sebelumnya (akan tetapi, namun)
h.    menerangkan konsekuensi (dengan demikian) 
i.      menerangkan akibat (oleh sebab itu, oleh karena itu)
j.     menerangkan peristiwa yang mendahului suatu hal yang disebutkan sebelumnya (sebelum itu)
k.    menerangkan keeklusifan dari suatu hal yang disebutkan sebelumnya (kecuali itu)

5.    Konjungsi Antar Paragraf
Adalah konjungsi yang menghubungkan paragraf dengan paragraf sebelumnya berdasarkan kandungan makna. Konjungsi antarparagraf meliputi: adapun, mengenai, akan hal, dalam pada itu. Selain itu, konjungsi antarparagraf yang biasa terdapat dalam cerita sastra lama yaitu alkisah, sebermula,arkian, syahdan.


Indikator 33 : Memperbaiki kesalahan penggunaan kata, kalimat, dan ketidakpaduan paragraf.
Memperbaiki kesalahan penggunaan kata dalam kalimat, kalimat tidak efektif, dan kalimat tidak dalam paragraf perlu mencermati hal sebagai berikut:
1.     Kalimat efektif, mudah dipahami, tidak bertentangan dengan logika
2.    Pilihan kata yang digunakan tepat
3.    Kata yang digunakan tidak berlebihan dan tidak ambigu (bermakna ganda)
4.    Kata yang digunakan sesuai dengan kaidah kebahasaan dan lazim pemakaiannya


Indikator 34 : Menentukan alasan kesalahan penggunaan kata, kalimat, dan ketidakpaduan paragraf.
Hal-hal yang perlu dicermati:
1.     Kalimat efektif, mudah ditangkap dan dipahami, tidak bertentangan dengan logika, kata yang digunakan tepat, tidak ada yang mubazir (berlebihan) dan tidak ambigu (bermakna ganda).
2.    Pilihan kata (mengungkapkan gagasan secara cermat), benar (sesuai dengan kaidah kebahasaan), lazim pemakaiannya.
3.    Alasan mengapa kata, kalimat, dan ketidakpaduan paragraf tersebut salah dan bagaimana cara memperbaikinya.


Indikator 35 : Menunjukkan kesalahan penggunaan ejaan.
            Kesalahan penggunaan ejaan meliputi pemakaian huruf (penulisan huruf kapital) dan penulisan kata. Lihat PUEBI!

Indikator 36 : Menunjukkan kesalahan penggunaan tanda baca.
Kesalahan penggunaan tanda baca meliputi tanda titik (.), tanda koma (,), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda titik dua (:), dan tanda petik (“...”).


Indikator 37 : Menggunakan ejaan.
            Hal perlu dicermati adalah penggunaan huruf kapital dan kata tidak baku. Lihat PUEBI!

Indikator 38 : Menggunakan tanda baca.
            Hal yang perlu dicermati adalah penggunaan tanda baca yang lebih umum seperti tanda titik (.), tanda koma (,), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda titik dua (:), dan tanda petik (“...”).


Indikator 39 : Memperbaiki kesalahan penggunaan ejaan.
            Lingkup materi memperbaiki kesalahan penggunaan ejaan berupa perbaikan terhadap kesalahan penggunaan huruf diataranya huruf kapital, kesalahan penulisan kata (kata berimbuhan). Hal yang perlu dicermati adalah kaidah penulisan ejaan.

Indikator 40 : Memperbaiki kesalahan penggunaan tanda baca.
            Langkah dalam memperbaiki kesalahan penggunaan tanda baca :
1.     Menemukan kesalahan penggunaan tanda baca
2.    Memperbaiki kesalahan penggunaan tanda baca


Indikator 41 : Menentukan alasan kesalahan penggunaan ejaan dan tanda baca.
            Langkah dalam menentukan alasan kesalahan penggunaan ejaan :
1.     Menemukan kesalahan penggunaan ejaan
2.    Menentukan alasan kesalahan penggunaan ejaan (penggunaan huruf kapital, penulisan huruf pada kata, penulisan kata berimbuhan)
3.    Menentukan alasan kesalahan penggunaan tanda baca pada kalimat atau paragraf.


 SELAMAT BELAJAR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar