Indikator 20: Mengomentari unsur intrinsik karya sastra
Teks Sastra
Teks sastra adalah teks yang
memuat unsur fiksi dan fantasi. Teks sastra terbagi menjadi tiga jenis,
yakni teks prosa ( contohnya cerita pendek dan fabel), drama, dan puisi.
Cerita
pendek (cerpen) adalah cerita fiksi yang memiliki sifat utama
singkat dan dapat habis dibaca sekali duduk. Cerpen memiliki unsur-unsur
pembangun yang disebut unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Unsur intrinsik merupakan unsur
membangun cerita dari dalam terdiri atas tema, tokoh, latar, dan amanat.
Unsur ekstrinsik terdiri atas
latar belakang penulis, unsur budaya, rentang waktu pembuatan cerita
tersebut.
Fabel adalah cerita yang
menjadikan hewan sebagai tokoh utamanya. Hewan-hewan dalam fabel dapat
berbicara dan bertingkah laku seperti manusia. Dalam cerita fabel banyak
mengandung pesan moral.
Drama adalah suatu karya sastra
yang ditulis dalam bentuk percakapan/dialog. Ada berbagai jenis drama menurut
penyajian kisah, antara lain: tragedi, komedi, tragekomedi, opera, melodrama,
farce, tablo, dan sendratari.
Puisi adalah karya sastra yang
dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi padu dan pemilihan
kata-kata kias.
Unsur Intrinsik
|
||||||
Cara
Menentukan Penokohan:
1. Teknik
Analitik, pengarang menceritakan karakter tokoh secara langsung.
2. Teknik
dramatik, pengarang menceritakan karakter tokoh melalui :
a. Penggambaran fisik tokoh dan perilaku tokoh.
b. Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh.
c. Pengungkapan pikiran tokoh
d. Penggambaran yang dilakukan oleh tokoh lain.
e. Penggambaran melalui dialog
tokoh.
Indikator 21: Melengkapi
istilah/kata dalam kalimat
Untuk
melengkapi kalimat rumpang kita harus memperhatikan kepaduan kalimat ( kohesif)
dan berhubungan (koherensi). Selain itu, penggunaan diksi atau pilihan kata
juga harus diperhatikan agar kalimat tersebut padu.
Indikator 22: Menyusun urutan kalimat
berbagai jenis teks
Hal yang
harus diperhatikan dalam menyusun urutan kalimat adalah kelogisan dan kepaduan
kalimat tersebut. Koherensi digunakan untuk
memperoleh urutan kalimat yang sistematis. Penanda koherensi antara lain,
pengulangan kata/frasa, konjungsi, kata ganti, dan situasi.
Indikator 23 : Melengkapi
paragraf
Sebuah
paragraf rumpang dapat
dilengkapi dengan kata atau kalimat, maka kita harus memerhatikan kepaduan kalimat dengan
kalimat sebelumnya. Beberapa jenis
kata memiliki variasi kata bermakna sama. Kata tersebut digunakan untuk mengganti kata lain yang bermakna
sama.
1.
Sinonim
Adalah
beberapa kata yang memiliki bentuk berbeda, tetapi memiliki arti atau
pengertian yang sama/mirip. Sinonim disebut juga persamaan kata/padanan kata.
Contoh :
Ø Belajarlah
untuk dapat menggapai cita-citamu. Arti : meraih.
Ø Bunga
mawar banyak tumbuh di pegunungan daripada di
perkotaan. Arti : bunga yang berwarna merah, berduri dan harum.
2.
Konotasi
Adalah
makna atau arti tambahan pada arti sebenarnya, bukan makna kias. Makna konotasi
bukan ungkapan ( bermakna kias)
Contoh :
Ø Andreas masih terlalu hijau dalam
pekerjaan ini. (hijau : belum berpengalaman)
Ø Jangan
pernah lari dari masalah yang kamu hadapi. ( lari : menghindar
3.
Ungkapan
Adalah gabungan
kata yang memiliki makna khusus dan tidak dapat diterjemahkan secara harfiah ke
dalam bahasa dan situasi lain.
Contoh :
Ø Karena
terus diledek oleh teman-temannya,
Joshua pun naik pitam. Arti : marah
Ø Sewaktu
masih muda nenekku adalah bunga desa di sini.
Arti : perempuan cantik yang banyak disukai
para pemuda di sebuah desa.
Indikator 24
: Melengkapi bagian teks
Paragraf
rumpang dapat dilengkapi dengan kata baku, kata serapan, kata ulang, dan
kalimat.
1. Kata Baku
Kata baku adalah kata yang
cara pengucapan atau penulisannya sesuai dengan kaidah Ejaan Bahasa Indonesia
(EBI), tata bahasa baku, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.
2. Kata Serapan
Dalam perkembangannya
Bahasa Indonesia mengambil unsur atau
kata dari bahasa daerah atau bahasa asing. Kata-kata yang diserap terlebih dahulu
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia, baik dari aspek pengucapan maupun
penulisannya. Kata itulah yang dinamakan kata serapan.
3. Kata Ulang
Kata ulang merupakan
kata yang dihasilkan dari proses reduplikasi atau pengulangan. Proses
pengulangan merupakan proses pembentukan kata dengan mengulang kata dasarnya
baik secara utuh atau sebagian, dengan variasi vonem atau tidak.
Ada empat macam
pengulangan, antara lain :
a. Pengulangan utuh (seluruhnya)
Merupakan proses pengulangan dengan mengulang seluruh
bentuk dasar. Pengulangan utuh disebut juga dwilingga.
Contoh :
ü satu – satu
ü malu-malu
b. Pengulangan sebagian
Merupakan proses pengulangan yang mengulang sebagian
bentuk dasar, baik suku kata bagian depan atau belakang.
Pengulangan sebagian dibagi menjadi dua: dwipurwa dan
dwiwasana.
Dwipurwa adalah proses pengulangan bentuk dasar dengan
mengulang suku kata pertama.
Contoh :
ü dedaunan
ü rerumputan
Dwiwasana adalah proses pengulangan bentuk dasar
dengan mengulang suku kata terakhir.
Contoh :
ü makan-makanan
ü berlari-lari
c. Pengulangan berimbuhan
Merupakan proses pengulangan bentuk dasar dengan
menambah imbuhan.
Contoh :
ü kehijau-hijauan
ü kuda-kudaan
d. Pengulangan berubah bunyi
Merupakan proses pengulangan yang mengulang seluruh bentuk
dasar disertai dengan perubahan bunyi atau fonem. Pengulangan berubah bunyi
disebut dwilingga salin swara.
Contoh :
ü gerak-gerik
ü sayur-mayur
Kata ulang semu bukan kata
ulang melainkan kata dasar.
Contoh :
ü laba-laba
ü kupu-kupu
Makna Kata Ulang
a. menyatakan banyak : anak-anak, rumah-rumah
b. menyatakan banyak tak tentu : daun-daun, pohon-pohon
c. menyatakan intensitas, menyangatkan, atau mengeraskan
arti : besar-besar, rajin-rajin
d. menyatakan sungguh-sungguh atau intensif : kuat-kuat
e. menyatakan tingkat yang paling tinggi :
setinggi-tingginya, sebanyak-banyaknya
f. menyatakan agak (sifat) :kekuning-kuningan,
kebarat-baratan, kekanak-kanakan
g. menyatakan berulang-ulang :berkali-kali
h. menyatakan saling/berbalasan/resiprokal :
salam-salaman, cubit-cubitan
i. menyatakan makna menyerupai atau tiruan :mobil-mobilan,
rumah-rumahan
j. menyatakan tak bersyarat atau meskipun :kecil-kecil
k. menyatakan segala sesuatu yang berhubungan dengan
pekerjaan yang disebut pada kata dasarnya : masak-memasak, jahit-menjahit
4. Kalimat
Kalimat adalah deretan kata yang
mengandung satu pengertian lengkap. Kalimat harus disusun secara efektif.
Syarat kalimat efektif yaitu logis, hemat, dan padu. Struktur kalimat baik
harus mengandung unsur S-P (Subjek-Predikat). Kalimat efektif ditandai
kejelasan ditandai kejelasan fungsi kata, kelogisan kalimat, penggunaan kata
ganti, dan keefisienan (penggunaan kata tidak mubazir).
Indikator 25 : Memvariasikan kata
Beberapa
kata dalam bahasa Indonesia memiliki variasi kata yang bermakna sama. Kata
tersebut dapat digunakan untuk mengganti kata lain yang bermakna sama.
Kata-kata pengganti tersebut merupakan kata bersinonim, kata berkonotasi, dan
ungkapan.
Indikator 26
: Memvariasikan kalimat
Kalimat
adalah deretan kata yang mengandung satu pengertian lengkap. Setiap kata
menempati jabatan yang berbeda. Kata-kata tersebut dapat berfungsi sebagai
subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan. Fungsi kata tersebut
membentuk pola kalimat. Berikut
pola kalimat utama dalam bahasa Indonesia.
1. Subjek-Predikat (S-P)
Contoh:
Ø Rio pintar
S P
Ø Queen sangat rajin
S P
2. Subjek-Predikat-Objek (S-P-O)
Contoh :
Ø Oxca membeli
buku
S P O
Ø Adin menari
Bali Dance
S P
O
3. Subjek-Predikat-Keterangan (S-P-K)
Contoh :
Ø Torang pergi
ke Medan
S P K
Ø Natan pulang
kemarin
S P K
4. Subjek-Predikat-Pelengkap (S-P-Pel)
Contoh :
Ø Tasya berkebaya merah
S P Pel
Ø Agnes sakit
kepala
S P
Pel
5. Subjek-Predikat-Objek-Pelengkap (S-P-O-Pel)
Contoh :
Ø Putri membeli buku
EBI
S P
O Pel
Ø Ayu memasak sup
sosis
S P O Pel
6. Subjek-Predikat-Objek-Keterangan (S-P-O-K)
Contoh :
Ø Farel membeli sepatu di toko
S P O K tempat
Ø Lauren menyiram tanaman pada
sore hari
S P O K waktu
7. Keterangan-Subjek-Predikat (K-S-P)
Contoh :
Ø Kemarin Vemus
belajar
K waktu
P P
Ø Ke Yogja Agnes berwisata
K tempat S
P
Indikator 27
: Menulis dengan ilustrasi tertentu
Menulis pada dasarnya adalah usaha untuk menuangkan
ide,pikiran, perasaan, dan kemauan dengan wahana bahasa tulis. Apabila kita
akan menulis teks dengan ilustrasi tertentu kita harus memperhatikan data yang
terdapat pada teks. Dan untuk mengubah satu teks misalkan dari teks observasi
ke teks eksposisi perlu memperhatikan struktur teks tersebut.
Indikator 28
: Mengubah teks ke bentuk lain
Hal yang
harus diperhatikan ketika kita akan mengubah sebuah teks ke bentuk lain adalah
kita harus menyusun teks tersebut sesuai dengan struktur teks yang baru.
Misalnya, jika kita hendak mengubah teks laporan hasil observasi menjadi teks
eksposisi, kita harus mengetahui struktur teks eksposisi dan memastikan
penulisannya sesuai dengan struktur teks eksposisi.
Indikator 29
: Menunjukkan kata yang tidak sesuai kaidah
Kata yang
sesuai kaidah adalah kata yang sesuai kaidah bahasa Indonesia. Untuk lebih memahami
kaidah tersebut kalian bisa mempelajari buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Dan untuk
mengetahui kosa kata yang baku kalian bisa melihat Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI).
Indikator 30
: Menunjukkan kalimat yang tidak sesuai kaidah
Sebuah
kalimat dikatakan tidak efektif apabila tidak memenuhi hal berikut:
1. Unsur-unsur kalimat tidak lengkap
Sebuah kalimat minimal terdapat dua unsur yaitu subjek
dan predikat.
2. Unsur-unsur kalimat tidak tepat
Unsur-unsur dalam kalimat harus ditempatkan pada
tempat yang tepat. Maksudnya jabatan subjek-predikat diletakkan pada tempat
yang tepat, jika tidak maka kalimat tersebut menjadi tidak efektif.
3. Penggunaan unsur-unsur kalimat yang berlebihan
Unsur yang berlebihan tersebut dapat berupa penggunaan
kata yang sama artinya atau pemakaian kata tugas yang tidak perlu.
4. Pilihan kata yang tidak tepat
Kesalahan pemilihan kata bisa dipengaruhi oleh
pemakaian bahasa sehari-hari atau pengaruh dari bahasa asing juga ketidakpahaman
makna kata.
5. Tidak logis
Kalimat logis artinya perkataan yang masuk akal, sesuai dengan logika, benar
menurut penalaran.
|
Senin, 27 November 2017
SKL 20
Langganan:
Postingan (Atom)