Minggu, 30 Desember 2018
Minggu, 28 Oktober 2018
Rabu, 24 Oktober 2018
MATERI BASA JAWA CRITA LEGENDHA
CRITA LEGENDHA
Crita legendha yaiku crita utawa
dongeng kadadeyan alam/panggonan. Critane mung asipat fiktif utawa khayalan. Crita
legendha kalebu crita rakyat, mula sumbere crita saka lisan utawa dari mulut ke mulut. Crita legendha
wiwit mbiyen nganti saiki isih dipracaya dening masarakat. Tuladhane crita
legendha : Legendha Desa Nglimut, Rawa Pening, Asal-usule Kutha Demak,
Asal-Usule Kutha Wonogiri, Asal-usule Watugong Semarang, lan sakpanunggalane
(lsp).
Nilai
Luhur saka crita legendha
Manut
kemendiknas (2010: 11) nilai karakter ana 18 kang diarani pilar nilai karakter.
Nilai karakter kasebut mujudake nilai luhur bangsa Indonesia kang kudu ginayuh
dening para siswa SMP. Wolulas nilai luhur kasebut kapacak ing ngisor iki,
yaiku : (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras,
(6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat
kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat
atau komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar menyimak, (16) peduli
lingkungan, (17) peduli sosial, (18) tanggung jawab.
Kejaba
nilai luhur kang kapacak ing 18 pilai nilai pendidikan karakter kasebut, isih
ana maneh nilai luhur kang patut dituladha dening siswa SMP, upama:
1.
Dadi
wong ora gemedhe/adigang, adigung, adiguna.
2. Dadi wong
tansah ngajeni liyan, sumanak, rumaket, tepa salira.
3. Dadi
manungsa aja kedanan drajat lan pangkat.
4. Dadi wong
kudu nglembah manah marang sapadha-padha.
5. Dadi
manungsa kudu gemi setiti ngati-ati.
6. Dadi
manungsa aja ngaji pupung/mumpung.
7. Manungsa iku
aja dumeh,lsp.
Minggu, 07 Oktober 2018
MATERI BASA JAWA KELAS 8 PAWARTA
WULANGAN
3
PAWARTA
Pawarta/berita/kabar
yaiku laporan kedadeyan utawa prastawa kang narik kawigaten lan disiyarake
kanthi cepet lumantar radio, tivi, internet, lan mediya liyane. Sumber pawarta
yaiku asal usule pakabaran utawa laporan kedadeyan, bisa saka manungsa , lan
prastawa/peristiwa kang dumadi wektu iki.
Pawarta kang
disiyarake lumantar radhio, tivi, lan internet luwih cepet ditampa/dingerteni
masarakat tinimbang pawarta kang ditulis ing ariwarti/koran, kalawarti/majalah,
lan mediya liyane.
Miturut
Bausastra Jawa anggitane S. Prawiro Atmodjo (1998: 321) pawarta mengku teges
kabar, warta. Ing Kamus Lengkap Basa Jawa anggitane Sudarmanto (2008:387)
pawarta tegese wartos (basa krama) kabar, warta.
Unsur
utawa perangan-perangan pokok pawarta ana enem (6) kang diarani 5 W + 1 H.
Cekakan iki saka basa Inggris yaiku what (apa),
who (sapa), when (kapan), where (ing
ngendi), lan why (kena apa, apa
sebabe). Dene H cekakan saka how
(kepriye lumakune crita, pawarta).
Carane nemokake pokok-pokok berita/pawarta yaiku
1.
Konsentrasi
2.
Mangerteni pesen pokok saben
ukara/kalimat
3.
Nyathet bab-bab kang kang
wigati/penting saka pawarta mau
4.
Nerangke/ngandharake kanthi ringkes
saka pokok-pokok pawarta mau
Pokok-pokok
pawarta/berita minangka dadi cengkorongan pawarta kang bisa dikembangke dadi
pawarta kang ganep.
Nalika maca pawarta kudu nggatekake
swara/vokal, lagu, lapal/lafal, lan tandha wacan. Yen para siswa ora nggatekake
prakara mau, anggone maca pawarta keprungu ora bener lan angger-anggeran.
Diambil dari JawaPos |
Selasa, 14 Agustus 2018
Kata Tugas
KATA
TUGAS
Kata tugas merupakan suatu kata penghubung atau
pelengkap yang dapat menyesuaikan atau mengikuti di dalam kalimat, sehingga
makna yang dihasilkan akan jelas jika dihubungkan dengan kata lain.
Kata tugas terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu
1.
Preposisi (kata
depan)
Preposisi atau kata depan merupakan kata tugas yang
letaknya berada di bagian depan sebuah kata. Dan umumnya kata yang dimaksud
adalah jenis kata benda. Fungsi dari kata depan sendiri untuk menentukan
hubungan suatu kata. Dan yang termasuk preposisi atau kata depan antara lain
adalah di, dari, ke dan lain-lain.
Contoh :
- Ana sudah hidup di Jakarta selama puluhan tahun lalu.
- Vika adalah siswa pindahan yang berasal dari Yogyakara.
- Saya sedang pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku pelajaran.
2.
Konjungsi (kata
hubung)
Konjungsi atau kata hubung merupakan jenis kata yang
fungsinya untuk menghubungkan dua satuan bahasa semisal kata dengan kata,
klausa dengan klausa, frasa dengan frasa, kalimat dengan kalimat maupun
paragraf dengan paragraf. Konjungsi sendiri terbagi menjadi 4, yaitu :
a. Konjungsi Koordinatif
Konjungsi koordinatif merupakan konjungsi yang
menghubungkan kata, frasa, klausa, kalimat maupun paragraf yang mempunyai
hubungan setara. Beberapa yang termasuk konjungsi koordinatif antara lain
adalah serta, dan, atau.
Contoh :
- Lina dan Tika adalah sahabat karib.
- Masukkan susu cair serta mentega pada adonan tersebut.
- Kamu mau beli baju atau celana?
b. Konjungsi korelatif
Konjungsi korelatif merupakan konjungsi yang menghubungkan,
klausa, frasa atau kata yang memiliki tingkatan yang sama, namun terdiri dari
dua bagian yang terpisah oleh satu klausa, frasa atau kata yang dihubungkannya.
Umumnya kata hubung yang digunakan adalah : baik…maupun, demikian…sehingga,
bukan hanya…melainkan juga, dan lain-lain.
Contoh :
- Baik saya maupun dia tidak menginginkan hal ini terjadi.
- Bukannya aku tidak suka, tetapi sikapnya begitu memalukan.
- Ia bukan hanya pintar dalam pelajaran, melainkan juga hebat dalam beberapa cabang olahraga.
c. Konjungsi Antarkalimat
Sesuai namanya, konjungsi ini digunakan sebagai
penghubung satu kalimat dengan kalimat lainnya. Beberapa kata hubung yang
sering digunakan adalah biarpun begitu, akan tetapi, meskipun demikian dan
lain-lain.
Contoh :
- Perbuatan Indri di hadapan keluarganya sangat menjengkelkan. Biarpun begitu suaminya selalu memaafkannya.
- Sudah beberapa kali percobaan pembuatan kue tart dari ubi jalar itu gagal. Meskipun demikian Maria tetap akan mencoba membuatnya kembali.
- Lukisan tersebut agaknya kurang rapi jika di lihat dari dekat. Akan tetapi jika dilihat dari jauh nampak begitu indah.
d. Konjungsi Subordinatif
Konjungsi Subordinatif merupakan konjungsi yang
menjadi penghubung dua atau lebih klausa yang merupakan anak kalimat. Dan
konjungsi Subordinatif dibagi menjadi 12 kelompok, yaitu :
1.
Konjungsi subordinatif waktu. Contoh : semenjak,
sejak, sewaktu, sedari.
2.
Konjungsi surbodinatif syarat. Contoh : jikalau, jika,
kalau, bila.
3.
Konjungsi subordinatif pengandaian. Contoh : seumpama,
seandainya.
4.
Konjungsi subordinatif konsesif. Contoh : sekalipun,
biarpun.
5.
Konjungsi subordinatif pembandingan. Contoh : seperti,
seakan-akan.
6.
Konjungsi subordinatif sebab. Contoh : karena, oleh
sebab, sebab.
7.
Konjungsi subordinatif hasil. Contoh : sampai,
sehingga.
8.
Konjungsi subordinatif alat. Contoh : tanpa, dengan.
9.
Konjungsi subordinatif cara. Contoh : misal, contoh.
10. Konjungsi subordinatif komplementasi. Contoh : bahwa.
11.
Konjungsi subordinatif atribut. Contoh : yang.
12.
Konjungsi subordinatif perbandingan. Contoh : lebih …
dari, sama … dengan.
3.
Artikula (kata
sandang)
Artikula atau kata sandang merupakan jenis kata yang
mengiringi kata benda atau yang memberikan batasan makna jumlah pada suatu
benda atau orang. Kata sandang sendiri tidak memiliki arti yang pasti, namun
memiliki fungsi untuk menentukan kata benda dan mensubstansikan suatu kata.
Beberapa kata yang termasuk kata sandang adalah itu, yang, si, nya, hang, dang,
sang.
Kata sandang ini pun terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu
:
- Artikula yang menyatakan gelar/sebutan. Contoh : hang, dang, sri, sang.
- Artikula yang mengacu ke makna koleratif atau makna kelompok. Contoh : para.
- Artikula yang menominalkan. Contoh : Si budi kecil kuyup menyanyi.
4. Interjeksi
(kata seru)
Interjeksi atau kata seru merupakan kata yang
digunakan untuk mengungkapkan perasaan. Contoh kata seru dalam bahasa Indonesia
dibagi menjadi 3, yaitu.
- Kata seru asli, misalnya ah, yah, wah, hai, nah, oh dan lan-lain.
- Kata seru yang berasal dari kata biasa, maksudnya adalah kata seru yang berasal dari kata benda atau kata lain yang digunakan, misalnya kasihan, masa’. celaka dan lain-lain.
- Kata seru yang asalnya dari beberapa ungkapan, baik yang merupakan ungkapan Indonesia maupun dari ungkapan asing. Misalnya demi Allah, ya ampun, Insya Allah dan lain-lain.
Contoh :
- Hai kamu yang ada di dekat jendela, tolong tutup jendela itu!
- Ah yang benar saja, mana mungkin semua jawabannya salah!
- Nah itu dia yang membuat Ibu marah padamu!
5. Partikel
Penegas
Partikel penegas merupakan kategori kata yang berguna
untuk memberi penekanan atau memperkuat intonasi pada kata yang
diikuti. Jenis kata penegas ini ada 4 yaitu, kah, lah, pun dan tah.
Contoh :
- Ibunyalah yang mengerjakan semua tugas rumah, bukan kakak perempuannya.
- Mungkinkan saya lolos pada babak ke 3 ini, mengingat saingan saya begitu berat.
- Akankah dia datang menemui kekasihnya?
- Ivan pun tidak memaksakan keinginannya untuk bisa ikut liburan bersama teman-temannya.
- Semestinyatah Doni yang mengerjakan tugas kelompok itu dan bukan David.
Langganan:
Postingan (Atom)